2.1 Kestabilan Struktur
Lanjutan pada artikel sebelumnya Rumah Tahan Gempa Part I, pada bagian ini diperkenalkan satu metode umum untuk mengklasifikasi elemen struktur dan sistemnya, yang hanya menurut pada sebuah bentuk dan sifat fisik dasar dari suatu konstruksi. Tepatnya sistem klasifikasi deskriptif yang tidak merefleksikan hubungan diantara bagian bagian yang berhubungan pada susunan struktur agar struktur dapat berfungsi sebagai satu kesatuan. Secara mudah struktur disebutkan sebagai elemen elemen yang digabung, akan tetapi setiap struktur nyata harus berfungsi sebagai satu kesatuan dalam memikul beban untuk disalurkan ketanah.
Menurut Ir. Gunawan Y. dan Ir. Margareth S. dalam bukunya “Teori perencanaan struktur tahan gempa Jilid 1” Dalam perancangan bangunan tahan gempa harus dipikirkan arah gaya yang bebas pada sebuah getaran pada saat terjadi gempa. Kenyataanya dalam pengaplikasian sebuah gaya dihitung secara 2dimensi dan bukan secara 3dimensi entah itu sendi, rool ataupun jepit. Karena pada dasarnya gaya terjadi disemua arah melalui sumbu X, Y, ataupun Z. Sampai saat ini perhitungan secara 2 dimensi (misal Y dan Z) sering dilakukan akibatnya saat terjadi gaya dari X perkuatan pada titik sumbu tidak akan mampu menahan 3 gaya tersebut.
Tinjauan dasar dalam merencanakan struktur adalah dengan menjamin adanya kestabilan pada segala kondisi pembebanan yang memungkinkan. Semua struktur mengalami perubahan bentuk apabila dibebani. Pada struktur stabil, deformasi yang diakibatkan oleh beban pada umumnya sangat kecil, dan gaya internal yang timbul dalam struktur mempunyai kecenderungan mengembalikan bentuk struktur kebentuk semula apabila bebannya dihilangkan. Pada struktur tidak stabil, deformasi yang diakibatkan oleh beban pada umumnya mempunyai kecenderungan untuk terus bertambah selama struktur tersebut dibebani. Struktur yang tidak stabil mudah mengalami collapse (runtuh) secara menyeluruh dan seketika begitu dibebani.
Penambahan Elemen agar struktur tidak "collapse" (Daniel L. Schodek - Struktur hal.21) |
Daniel L. Schodek dalam bukunya "STRUKTUR" menerangkan ada beberapa cara agar bangunan tetap stabil yaitu diantaranya : 1. Dengan menambah elemen deformasi diagonal pada struktur, 2. Metode dengan menggunakan dinding geser, 3. Metode lain adalah dengan mengubah hubungan antara elemen struktur.
2.2 Prinsip Bangunan Tahan Gempa (sumber : dinas cipta karya)
a. Pembentukan Gedung
Kestabilan terhadap gempa bumi ditentukan oleh peraturan perencanaan tahan gempa Indonesia untuk bangunan gedung, bentuk bangunan tahan gempa dipilih sesederhana mungkin yaitu berbentuk bujur sangkar, persegi panjang, dan persegi panjang, dan sebagainya. Apabila dikehendaki bangunan tidak asimetris atau terlalu panjang maka diberikan sebuah celah dilatasi.
b. Struktur denah
Struktur denah dikembangkan berawal dari bentuk inti yang sederhana (misalnya bujur sangkar atau persegi panjang. Perkembangan denah ruang sebaiknya menghindari terbentuknya bentuk bentuk asimetri ataupun yang terlalu panjang.
c. Struktur Gedung
Pada setiap bangunan gedung yang paling terancam adalah bangunan yang terdapat pada lantai dasar yang berstruktur bangunan rangka. Kerusakan selalu timbul pada tempat yang lemah, misalnya pada dinding diantara jendela jendela.
d. Stabilitas Gedung
Stabilitas gedung dapat dicapai dengan bentuk denah yang tahan gempa seperti telah diuraikan pada struktur denah. Stabilitas gedung tersebut akan berkurang karena pemeliharaan yang kurang memadai atau penambahan ruang yang justru memperlemah struktur bangunan utama.
e. Desain Struktur
Struktur bangunan gedung dan rumah tinggal harus didesain sedemikian sehingga memiliki: daktilitas yang baik (baik pada material maupun strukturnya); kelenturan pada strukturnya; dan memiliki daya tahan terhadap kerusakan.
No comments:
Post a Comment