Anti CoPas

Silakan Komen

Silahkan beri Masukan, Kritik, ataupun Saran melalui comment - comment pada artikel diBlog ini - semoga apa yang saya share di blog ini dapat bermanfaat untuk para pembaca.

Saturday, May 14, 2011

Solusi Rumah Tinggal Tahan Gempa (Part III - Studi Kasus - Desa Kebon Agung, Bantul, Yogyakarta)

Kantor Kecamatan Imogiri Desa Kebon Agung - 15 September 2010
     Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 di wilayah D.I Yogyakarta dan Jawa Tengah telah menghancurkan rumah warga dan mengakibatkan banyak korban jiwa maupun luka-luka. Kerusakan rumah akibat gempa bumi tersebut antara lain disebabkan karena sebagian besar rumah warga tersebut tidak dibangun menggunakan konstruksi tahan gempa.
     Salah satu wilayah terparah saat kejadian gempa di Bantul adalah wilayah Desa Kebon Agung, Kecamatan Imogiri. Dimana hunian rumah tinggal warga setempat kala itu rata dengan tanah dan meninggalkan korban jiwa terbanyak saat gempa terjadi di wilayah Jogja. Selain gempa yang menghancurkan wilayah Yogyakarta, juga menghancurkan sebagian wilayah di Jawa Tengah yaitu Kota Klaten. Di Bantul sendiri ada 2 tempat yaitu paling terparah adalah daerah Jetis dan Kebon Agung. Dari hasil pengamatan lapangan wilayah Klaten hanya rusak kecil, bagian tembok hanya retak retak dan sebagian tidak sampai rubuh. Hal ini terjadi karena pusat gempa berada dekat dengan kawasan Jogja.

DESKRIPSI STRUKTURAL PADA BANGUNAN DIKAWASAN BANTUL
     Berdasarkan pengamatan lapangan, bagian - bagian struktural pada hunian rumah tinggal di kawasan Bantul diantaranya adalah :

§  Sistem Pondasi
-       Pondasi batu kali,
-       Pondasi batu bata,
§  Sistem Ring Balok dan Sloof
-       Beton bertulang
§  Sistem Kolom
-       Beton bertulang,
-       Balok Kayu,
-       Baja Konvensional,
§  Sistem Rangka Atap
-       Kuda – Kuda kayu,
-       Kuda – Kuda bambu,
-       Dak Beton,
-       Baja Konvensional


Struktur atap mempunyai peranan penting dalam desain Rumah Tahan Gempa karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan bagian struktural balok, kolom dan pondasi suatu bangunan. Untuk itu perlu direncanakan secara matang sehingga pada saat gempa terjadi tidak mengalami keruntuhan.

 Bila dilihat dari segi struktural bangunan yang dominan pada hunian masyarakat Bantul, rangka atap bangunan mereka menggunakan kuda kuda kayu. Melihat beratnya massa kuda kuda yang hanya ditopang oleh kolom yang bahkan terbuat dari kolom kayu.

DESKRIPSI MATERIAL PADA BANGUNAN DIKAWASAN BANTUL
Berdasarkan pengamatan lapangan, bagian - bagian material pada hunian rumah tinggal di kawasan Bantul diantaranya adalah :
§  Sistem Dinding
-       Batu bata,
-       Partisi Gedek (anyaman bambu),
-       Partisi kayu
§  Sistem Penutup rangka atap
-       Genteng tanah liat,
-       Seng,
-       Asbes.


Gaya-gaya aksiaI dalam ring balok harus ditahan oleh dinding. Pada dinding batu bata gaya - gaya tersebut ditahan oleh gaya tekan diagonal yang diuraikan menjadi gaya tekan dan gaya tarik. Gaya aksiaI yang bekerja pada ring balok juga dapat menimbulkan gerakan berputar pada dinding. Putaran ini ditahan oleh berat dinding sendiri, berat atap yang bekerja diatasnya dan ikatan sloof ke pondasi.
Mayoritas masyarakat Bantul menggunakan batu bata sebagai penutup dinding terutama dikawasan desa Kebon Agung, Bantul. Sedangkan penggunaan penutup atap paling banyak adalah menggunakan genteng tanah liat, ini semakin membuat massa atap yang rangkanya menggunakan kuda – kuda kayu massanya menjadi semakin berat sehingga tumpuan dibawahnya semakin terlihat melendut (pada bagian ring balok).

Solusi Rumah Tinggal Tahan Gempa (Part II - Prinsip Bangunan Tahan Gempa)

2.1   Kestabilan Struktur
     Lanjutan pada artikel sebelumnya Rumah Tahan Gempa Part Ipada bagian ini diperkenalkan satu metode umum untuk mengklasifikasi elemen struktur dan sistemnya, yang hanya menurut pada sebuah bentuk dan sifat fisik dasar dari suatu konstruksi. Tepatnya sistem klasifikasi deskriptif yang tidak merefleksikan hubungan diantara bagian bagian yang  berhubungan pada susunan struktur agar struktur dapat berfungsi sebagai satu kesatuan. Secara mudah struktur disebutkan sebagai elemen elemen yang digabung, akan tetapi setiap struktur nyata harus berfungsi sebagai satu kesatuan dalam memikul beban untuk disalurkan ketanah.
    Menurut Ir. Gunawan Y. dan Ir. Margareth S. dalam bukunya “Teori perencanaan struktur tahan gempa Jilid 1” Dalam perancangan bangunan tahan gempa harus dipikirkan arah gaya yang bebas pada sebuah getaran pada saat terjadi gempa. Kenyataanya dalam pengaplikasian sebuah gaya dihitung secara 2dimensi dan bukan secara 3dimensi entah itu sendi, rool ataupun jepit. Karena pada dasarnya gaya terjadi disemua arah melalui sumbu X, Y, ataupun Z. Sampai saat ini perhitungan secara 2 dimensi (misal Y dan Z) sering dilakukan akibatnya saat terjadi gaya dari X perkuatan pada titik sumbu tidak akan mampu menahan 3 gaya tersebut.
     Tinjauan dasar dalam merencanakan struktur adalah dengan menjamin adanya kestabilan pada segala kondisi pembebanan yang memungkinkan. Semua struktur mengalami perubahan bentuk apabila dibebani. Pada struktur stabil, deformasi yang diakibatkan oleh beban pada umumnya sangat kecil, dan gaya internal yang timbul dalam struktur mempunyai kecenderungan mengembalikan bentuk struktur kebentuk semula apabila bebannya dihilangkan. Pada struktur tidak stabil, deformasi yang diakibatkan oleh beban pada umumnya mempunyai kecenderungan untuk terus bertambah selama struktur tersebut dibebani. Struktur yang tidak stabil mudah mengalami collapse (runtuh) secara menyeluruh dan seketika begitu dibebani.
Penambahan Elemen agar struktur tidak "collapse" (Daniel L. Schodek - Struktur hal.21)
     Daniel L. Schodek dalam bukunya "STRUKTUR" menerangkan ada beberapa cara agar bangunan tetap stabil yaitu diantaranya : 1. Dengan menambah elemen deformasi diagonal pada struktur, 2. Metode dengan menggunakan dinding geser, 3. Metode lain adalah dengan mengubah hubungan antara elemen struktur.

2.2   Prinsip Bangunan Tahan Gempa (sumber : dinas cipta karya)
        a.   Pembentukan Gedung
      Kestabilan terhadap gempa bumi ditentukan oleh peraturan perencanaan tahan gempa Indonesia untuk bangunan gedung, bentuk bangunan tahan gempa dipilih sesederhana mungkin yaitu berbentuk bujur sangkar, persegi panjang, dan persegi panjang, dan sebagainya. Apabila dikehendaki bangunan tidak asimetris atau terlalu panjang maka diberikan sebuah celah dilatasi.
        b.  Struktur denah
     Struktur denah dikembangkan berawal dari bentuk inti yang sederhana (misalnya bujur sangkar atau persegi panjang. Perkembangan denah ruang sebaiknya menghindari terbentuknya bentuk bentuk asimetri ataupun yang terlalu panjang.
        c.   Struktur Gedung
      Pada setiap bangunan gedung yang paling terancam adalah bangunan yang terdapat pada lantai dasar yang berstruktur bangunan rangka. Kerusakan selalu timbul pada tempat yang lemah, misalnya pada dinding diantara jendela jendela.
        d.  Stabilitas Gedung
     Stabilitas gedung dapat dicapai dengan bentuk denah yang tahan gempa seperti telah diuraikan pada struktur denah. Stabilitas gedung tersebut akan berkurang karena pemeliharaan yang kurang memadai atau penambahan ruang yang justru memperlemah struktur bangunan utama.
        e.   Desain Struktur
        Struktur bangunan gedung dan rumah tinggal harus didesain sedemikian sehingga memiliki: daktilitas yang baik (baik pada material maupun strukturnya); kelenturan pada strukturnya; dan memiliki daya tahan terhadap kerusakan.

Friday, May 6, 2011

Desain Sayembara : Surabaya Waterfront Park

Lambang Archfest Festival
      Sayembara yang baru saja selesai penjurian rabu kemarin ini diadakan oleh Universitas Kristen Petra Surabaya. Walaupun begitu desain ini tidak mampu masuk dalam 3 besar nominator, yang ke 3 finalis nominator 2 berasal dari Universitas Petra dan satu lagi berasal dari UGM Yogyakarta. Publikasi desain ini berdasarkan persetujuan kelompok kami dari UNIKA Semarang. Selain saya sendiri beberapa anak lain dari kelompok (Konseptor + 3D Modelling) yaitu :
Alif Bagoes W.
Anchelmus Ishak Livanus
     Beberapa bagian (3D detail segmen, 3D render, bentukan 3D detail bagian seperti lampu, tempat sampah, Kursi duduk pedestrian) dibantu oleh :
Anthony Mardika Panggau
Immanuel Unggul
Permasalahan Desain pada bantaran sungai Kalimas Surabaya :
     Taman sebagai ruang terbuka hijau tidak hanya sekedar taman kota yang berfungsi untuk meredam polusi, menciptakan iklim mikro, dan meningkatkan keindahan kota. Taman juga berfungsi sebagai ruang publik dimana pengunjung (warga, mahasiswa, atau komunitas tertentu) dapat melakukan aktivitas bernilai positif.  Dewasa ini, kita ketahui bahwa keadaan lingkungan di bumi tempat kita tinggal ini semakin lama semakin memburuk. banyak sekali area-area hijau yang telah hilang karena digunakan untuk pembangunan, sungai-sungai menjadi keruh dan hilang potensinya. Padahal, keberadaan sungai di Surabaya sangat berperan di musim penghujan. Sungai berfungsi sebagai penampung air di saat hujan tiba. Namun menilik keadaan sungai yang ada di kota kita Surabaya ini, sungai-sungai tersebut sudah tercemar akibat perbuatan kita sendiri. (sumber : http://www.archfest2011.com/ )
Layout Esksisting Tapak - ( www.wikimapia.com )
Penerapan Desain bantaran sungai Kalimas Surabaya : 
KONSEP
"Setetes air yang jatuh"
     Setetes air yang menimbulkan gelombang atau riak - riak pada air menjadikan dasar filosofi konsep desain pada Waterfront Park ini. Dengan harapan "setetes" desain ini mampu mempengaruhi atau bahkan mampu menjadi contoh sebagai pusat waterfront disepanjang sungai Kalimas Surabaya, yang dulunya adalah pusat jalur perdagangan di Surabaya. Tema yang diambil adalah Waktu, jika dilihat riak air membentuk sebuah gelombang yang oleh kami diasumsikan sebagai sebuah waktu yang semakin lama semakin besar =====> MAJU. Waktu yang menjadi plotting zonasi bangunan kami adalah MASA LALU (dimana Sungai Kalimas masa lalu saat sedang berjaya), MASA KINI (menggambarkan Sungai Kalimas yang saat ini kehilangan masa jayanya dulu), MASA DEPAN (mengilustrasikan Sungai Kalimas kedepannya).
DESAIN
Layout Waterfront Park Surabaya
     Plotting pada waterfront Park ini =====> MASA LALU (difokuskan untuk area pendidikan) berupa Relief sejarah sungai Kalimas Semarang, dan Amphiteater, MASA KINI (difokuskan untuk area keluarga) berupa Jembatan Waktu, Gardu Pandang, Children Playground, dan Area Parkir, MASA DEPAN (difokuskan untuk area masyarakat umum) berupa Gazebo, Entrance Pejalan Kaki, Difabel Entrance, Area Pedagang Kaki Lima, dan Pengolahan Limbah Mandiri.
Relief sejarah sungai Kalimas Semarang yang anak tangganya digunakan sebagai amphiteater
Jembatan waktu sebagai penghubung antara zona MASA LALU dan zona MASA KINI
Gardu Pandang sebagai tempat melihat lingkungan sekitar di kawasan Waterfront Park ini.
Interior Gazebo
DESAIN POSTER
LEMBAR 1
LEMBAR 2
LEMBAR 3

Sunday, May 1, 2011

Mawar Untuk Ibu

     Seorang pria berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada sang ibunda yang tinggal sejauh 250 km darinya. Begitu keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiri di pinggir jalan sambil menangis tersedu-sedu. Pria itu menanyainya kenapa ia menangis dan dijawab oleh si gadis kecil, “Saya ingin membeli setangkai bunga mawar merah untuk ibu saya. Tapi saya cuma punya uang lima ratus saja, sedangkan mawar itu harganya seribu.”

     Pria itu tersenyum dan berkata, “Ayo ikut, aku akan membelikanmu bunga yang kau mau.” Kemudian mereka berdua masuk ke toko bunga dan pria itu membelikan si gadis kecil setangkai bunga mawar merah dan ia sendiri memesan karangan bunga yang akan dikirimkan kepada ibundanya.

     Ketika selsesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjak gembira, katanya, “Ya, tentu saja. Senang sekali anda mau mengantarakan saya ke tempat tinggal ibu saya…”

     Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan gadis kecil itu, yang ternyata sebuah pemakaman umum dimana gadis kecil itu kemudian meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah.

     Melihat hal ini, hati pria itu trenyuh dan segera teringat sesuatu. Bergegas ia kembali ke toko bunga tadi, dan membatalkan pengiriman pesanannya. Ia mengambil bunga yang dipesannya tadi dan mengendarai sendiri kendaraannya sejauh 250 km menuju rumah ibunya…

( Diadaptasi dari : Rose for Mama - C . W. Mc Call )


Sepatu si Bapak Tua

    Seorang bapak tua pada suatu hari hendak bepergian naik bus kota.  Saat menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Sayang, pintu tertutup dan bus segera berlari cepat. Bus ini hanya akan berhenti di halte berikutnya yang jaraknya cukup jauh sehingga ia tak dapat memungut sepatu yang terlepas tadi.
    Melihat kenyataan itu, si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya ke luar jendela.
    Seorang pemuda yang duduk dalam bus tercengang, dan bertanya pada si bapak tua, ”Mengapa bapak melemparkan sepatu bapak yang sebelah juga?” Bapak tua itu menjawab dengan tenang, ”Supaya siapa pun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya.”
    Bapak tua dalam cerita di atas adalah contoh orang yang bebas dan merdeka. Ia telah berhasil melepaskan keterikatannya pada benda. Ia berbeda dengan kebanyakan orang yang mempertahankan sesuatu semata -
mata karena ingin memilikinya, atau karena tidak ingin orang lain memilikinya.
   Sikap mempertahankan sesuatu — termasuk mempertahankan apa yang sudah tak bermanfaat lagi — adalah akar dari ketamakan. Penyebab tamak adalah kecintaan yang berlebihan pada harta benda. Kecintaan ini melahirkan keterikatan.
Kalau Anda sudah terikat dengan sesuatu, Anda akan mengidentifikasikan diri Anda dengan sesuatu itu. Anda
bahkan dapat menyamakan kebahagiaan Anda dengan memiliki benda tersebut. Kalau demikian, Anda pasti sulit memberikan apapun yang Anda miliki karena hal itu bisa berarti kehilangan sebagian
kebahagiaan Anda.
    Kalau kita pikirkan lebih dalam lagi ketamakan sebenarnya berasal dari pikiran dan paradigma kita yang salah terhadap harta benda. Kita sering menganggap harta kita sebagai milik kita. Pikiran ini salah. Harta kita bukanlah milik kita. Ia hanyalah titipan dan amanah yang suatu ketika harus dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban kita adalah sejauh mana kita bisa menjaga dan memanfaatkannya.
    Peran kita dalam hidup ini hanyalah menjadi media dan perantara. Semuanya adalah milik Tuhan dan suatu ketika akan kembali kepadaNya. Tuhan telah menitipkan banyak hal kepada kita : harta benda, kekayaan, pasangan hidup, anak-anak, dan sebagainya. Tugas kita adalah menjaga amanah ini dengan baik, termasuk meneruskan pada siapa saja yang membutuhkannya.
    Paradigma yang terakhir ini akan membuat kita menyikapi masalah secara berbeda. Kalau biasanya Anda merasa terganggu begitu ada orang yang membutuhkan bantuan, sekarang Anda justru merasa bersyukur. Kenapa? Karena Anda melihat hal itu sebagai kesempatan untuk menjadi ”perpanjangan tangan” Tuhan. Anda tak merasa terganggu karena tahu bahwa tugas Anda hanyalah meneruskan ”titipan” Tuhan untuk membantu orang yang sedang kesulitan.
    Cara berpikir seperti ini akan melahirkan hidup yang berkelimpahruahan dan penuh anugerah bagi kita dan lingkungan sekitar. Hidup seperti ini adalah hidup yang senantiasa bertambah dan tak pernah berkurang. Semua orang akan merasa menang, tak ada yang akan kalah. Alam semesta sebenarnya bekerja dengan konsep ini, semua unsur-unsurnya bersinergi, menghasilkan kemenangan bagi semua pihak.
Sebagai penutup, ijinkanlah saya menuliskan seuntai puisi dari seorang bijak:
”Engkau tidak pernah memiliki sesuatu, Engkau hanya memegangnya sebentar, Kalau engkau tak dapat melepaskannya, engkau akan terbelenggu olehnya. Apa saja hartamu, harta itu harus kau pegang dengan tanganmu seperti engkau menggenggam air. Genggamlah erat-erat dan harta itu lepas. Akulah itu sebagai milikmu dan engkau mencemarkannya. Lepaskanlah, dan semua itu menjadi milikmu selama-lamanya”.



(Disadur dari Tulisan Arvan Pradiansyah, Republika)