Anti CoPas

Silakan Komen

Silahkan beri Masukan, Kritik, ataupun Saran melalui comment - comment pada artikel diBlog ini - semoga apa yang saya share di blog ini dapat bermanfaat untuk para pembaca.

Monday, February 14, 2011

Jasa Seorang Arsitek

    Jika kita sedang sakit, kita mencari dokter untuk menyembuhkan penyakit kita, jika kita mempunyai mobil dan rusak maka kita mencari seorang montir untuk memperbaiki mobil kita. Dan siapa yang kita perlukan apabila kita ingin membangun Rumah ? tentu saja seorang Arsitek yang kita cari. Terkadang banyak orang berpikir berapa kita harus membayar seorang arsitek, padahal kita hanya ingin membangun Rumah kecil saja, terkadang pemikiran seperti ini sering terlintas dalam pikiran banyak orang tentang seberapa perlunya memanggil seorang arsitek untuk membuatkan disain Rumah yang akan kita Bangun, yang terlintas seringkali adalah "pasti mahal memakai jasa arsitek untuk membangun Rumah" Pemikiran – pemikiran inilah yang harus kita hilangkan, seorang arsitek justru akan memberikan solusi – solusi mengenai rencana kita membangun Rumah, arsitek biasanya mencarikan solusi baik dari segi disain, komposisi ruang dan juga budget yang disediakan untuk rencana pembangunan Rumah tersebut agar sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.
    Seorang arsitek tentunya sudah di bekali dengan pendidikan, dimana seorang arsitek harus bisa menjelaskan dengan sejelas jelasnya tentang sebuah disain yang di buatnya, alasan alasan mengapa disain nya seperti itu? Dan bagaimana mewujudkan disain tersebut, apa resiko – resiko dari disain tersebut dan alasan – alasan lain yang telah di pikirkan sebelumnya. Dalam mengerjakan tugasnya seorang arsitek sering di hadapkan oleh berbagai alasan orang memakai jasa si arsitek tersebut, dan arsitek tersebut harus membuat hasil karya berdasarkan kondisi awal dari pemberi tugas, misalnya, seorang yang tidak ada masalah dengan biaya, maka biasanya mereka berangkat membuat Rumah dari disain, tidak ada batasan mengenai biaya, yang penting disain dari si arsitek sesuai dengan yang di inginkan. Tapi berbeda ketika arsitek di hadapkan oleh pemberi tugas, dimana pemberi tugas memakai jasa arsitek berangkat dari budget yang tersedia, atau keterbatasan dana, maka arsitek tersebut harus bisa memberikan solusi yang tepat agar impian pemberi tugas tetap bisa terwujud, walaupun dengan konsekuensi konsekuensi tertentu.
         Seorang arsitek justru akan memberikan gambaran yang sejelas – jelasnya tentang disain dan biaya yang akan dikeluarkan nanti, justru dengan memakai jasa arsitek kita sebisa mungkin menghindari pekerjaan pekerjaan yang nantinya akan menimbulkan pemborosan, bongkar pasang akibat dari perencanaan yang kurang matang sebelumnya, yang jika di bandingkan dengan jasa yang harus di bayar untuk seorang arsitek justru lebih besar, belum lagi hasil disain yang mungkin kita tidak puas. Dengan memakai jasa seorang arsitek, maka kita bisa melihat hasil akhir dari disain dengan bantuan sketsa – sketsa disain atau karena kemajuan teknologi saat ini, kita bisa juga melihat hasil akhir dari disain persis seperti aslinya dengan bantuan animasi komputer.

“anda kan cuman gambar2 saja…beres..”
“tinggal sketsa saja toh, bawa ke ‘tukang bikin 3D’..beres..”
“kan sekarang sudah pake komputer, tinggal, klik-klik-klik..beres..”
“tolong bikinin rumah yang mirip dimajalah itu ya…tinggal salin saja kok…”

Kali ini saya terpaksa agak sinis, setelah berbincang-bincang dengan apa yang teman2 sesama arsitek berbicara tenang ‘komentar’ dari calon klien mereka, benar-benar saya merasa edukasi mana yang baik, dan mana yang ‘mediocre’ atau ‘asal jadi’ kepada masyarakat masih perlu diperhatikan. Saya cukup gembira dengan banyaknya majalah-majalah tren rumah tinggal yang cukup baik di Indonesia akhir-akhir ini, namun memang edukasi tersebut masih memerlukan waktu. Saya sendiri pun kadang masih meragukan pentingnya memerlukan ‘penanganan professional’ untuk hal-hal yang tidak terlalu saya pikirkan, seperti:
Urusan rambut (kenapa musti ke salon yang mahal2 bener? kenapa musti pake shampoo merek A atau B?)
Jahit baju (walah, bikin kemeja gitu aja mahal banget?)
Daging Steak (apa bener sih bedanya import sama lokal?)
Montir (gak perlu ke bengkel resmi kan? mahal banget disana?)

Namun pada akhirnya kita sadar juga ketika pernah mengalami kegagalan ketika merasa “lebih tahu” atau “bisa mengerjakan sendiri”, bahwa kita memerlukan penanganan team yang professional untuk proyek kita. Apalagi untuk rumah tinggal, dimana bila salah, ya tidak mudah untuk membetulkannya (karena biaya, atau waktu etc..)

Pilih team yang baik, sebaik-baiknya yang anda dapat lakukan…


http://arch2311.wordpress.com/2009/11/21/mengapa-perlu-jasa-arsitek-part-1/

Mahasiswa Arsitek dan Masa Depannya

   Saat kita masuk pertama kali dalam perkuliahan Arsitektur mungkin agak gamang, karena beberapa lulusan dari SMA langsung dijejali beberapa macam pengetahuan Arsitektur. Butuh waktu lama memang untuk mempelajari Arsitektur yang meliputi banyak aspek yang bukan hanya bicara keindahan dan ketepatan gambar, namun kita harus tahu juga masalah meliputi sejarah,  ketepatan struktur dan konstruksi, ruang yang saling berhubungan dan bermacam macam lainnya.
   Bicara masa depan seorang mahasiswa dalam dunia Arsitektur pernah muncul dipikiran saya bagaimana masa depan para mahasiswa Arsitektur yang tersebar di seluruh dunia. Bagaimana kita harus bersaing satu sama lain menghadapi mahasiswa Arsitek yang lain. Kuncinya dalam cara kita bersaing adalah bagaimana kekuatan kita dalam penguasaan dalam dunia Arsitektur.
    Saya teringat perkataan salah satu dosen saya saat dia bertanya pada kami, mahasiswa dikelasnya "apa yang anda harapkan setelah lulus kuliah nanti??". Ada teman saya yang menjawab "Saya lulus akan menjadi seorang arsitek pak!!!". Dosen saya pun tertawa, beliau melanjutkan kenyataan riil yang kita hadapi saat ini adalah berapa banyak mahasiswa arsitek yang lulus dan sukses menjadi arsitek besar??. Dari pernyataan dosen itu saya berpikir apa dosen ini hanya akan menjatuhkan moral anak didiknya dikelas ini??. Ternyata tidak, dosen ini pun melanjutkan sebagai perumpamaan, apabila kita berada disebuah kapal tidak semua orang menjadi nakhoda, pasti ada juga yang menjadi seorang ABK dan lainnya yang hanya menjadi "karyawan" dalam kapal. Namun yang namanya mimpi itu perlu dikejar seperti layaknya Chris Gardner dalam Film "The Pursuit of Happyness".